UV Tambak Udang, Berapa Dosis yang Efektif Membasmi Patogen?

Produktivitas Budidaya Udang Menurun

Tambak udang di Indonesia mengalami penurunan produktivitas akibat adanya penyakit yang menyerang udang. Hal ini didukung dengan adanya data pada tahun 2009 yang menyatakan bahwa produktivitas hanya berada diangka 299 ribu ton lebih rendah dari pada tahun sebelumnya yang mencapai 400 ribu ton (Gusmawati et.all. 2018). Salah satu penyakit yang umum menyerang udang adalah udang berpendar yang disebabkan oleh bakteri Vibrio harveyi. Bakteri dengan jenis ini merupakan pathogen yang yang oportunistik dalam lingkungan perairan dan bersimbiosis dengan udang atau komoditas air laut. Ketika perairan dalam keadaan tidak stabil atau dengan kata lain nilai kualitas air tidak baik maka bakteri ini akan bersifat patogen.

Ketika bakteri ini sudah bersifat patogen maka populasi akan meningkat menjadi ribuan kali sehingga menyebabkan kematian udang hingga 100%. Berbagai upaya telah dilakukan untuk menanggulangi infeksi bakteri ini, namun hal ini tidak mampu menghilangkan pathogen dalam tambak maupun hatchery secara total. Oleh karena itu dibutuhkan strategi pengelolaan penyakit salah satunya dengan melakukan desinfeksi air dengan menggunakan peralatan modern seperti sinar ultraviolet (UV) untuk keperluan tambak udang.

Penggunaan Teknologi UV

Penggunaan sinar UV di tambak udang menjadi salah satu pilihan karena telah terbukti efektif dalam menginaktivasi berbagai mikroorganisme dengan tidak meninggalkan residu yang bersifat toksik. Bakteri gram positif dan negatif mati pada dosis UV 4-20 mJ/cm2. Namun beberapa jenis virus dan bakteri akuatik membutuhkan lampu UV dengan kualitas yang lebih baik seperti terlihat pada gambar di bawah ini:

Dari gambar di atas dapat disimpulkan bahwa sinar UV mampu mendegradasi berbagai jenis virus, bakteri dan jamur dengan dosis yang berbeda-beda. Dosis UV 100 – 101 mJ/cm2 mampu mendegradasi virus dan bakteri dengan jenis IHNV, PFRV, RSIV,SVCV, EVA, EVEX, OMV, CCV, HIRRV, LCDV, H. salmonis serta bakteri A. salmonicida, Vibrio anguillarum. Pada dosis UV 101– 102 mJ/cm2 mampu mendegradasi virus, bakteri dan jamur dengan jenis sebagai berikut IPNV, CSV, BF-NNV dan bakteri R. Salmoninarum, E.seriolicida serta jamur Ceratomyxa, myxosoma, saprolegnia (zoospore). Sedangkan pada dosis UV 102-103 mJ/cm2 mampu mendegradasi jamur dan mikroparasit dengan jenis Chilodonella, Saprolegnia (hyphae), Costia, Trichodina, Scuticociliatida. Dengan adanya beberapa bukti tingkat efektivitas UV di atas maka tidak perlu ada keraguan untuk menggunakan UV dalam proses budidaya tambak udang.

Baca Juga : Bagaimana Sinar UV Membunuh Bakteri

Baskara by FisTx : Membasmi Patogen Lebih Tepat dan Hemat

Dalam budidaya udang, penyakit menjadi hal yang paling diwaspadai oleh para petambak. Penggunaan bahan kimia cenderung memiliki efek yang berbahaya dan lebih mahal. Penggunaan Baskara mampu membasmi patogen lebih efektif serta mengurangi biaya disinfeksi hingga 80%. Gunakan Baskara by FisTx sekarang sebelum penyakit udang menyerang.

Tertarik menggunakan Baskara? Sekaranglah saatnya lebih bijak dalam berbudidaya. Konsultasi penggunaan Baskara bisa langsung menghubungi tim kami.

Memahami Pengaruh Amonia pada Budidaya Udang

Kualitas air memiliki peranan krusial dalam kesuksesan budidaya udang vaname. Untuk meningkatkan produktivitas, perhatian terhadap kualitas air menjadi sangat penting. Salah satu parameter adalah amonia. Amonia yang telah terukur dalam perairan merupakan amonia total (NH3 dan NH4+). Amonia bebas (NH3) bersifat toksik bagi organisme akuatik karena tidak dapat terionisasi, berbeda dengan ammonium (NH4+) yang dapat terionisasi. Sumber amonia berasal dari dekomposisi organisme budidaya, sisa pakan yang tidak termakan, dan hasil metabolisme udang yang mengandung nitrogen.

Dampak Amonia Bagi Udang

Keberadaan amonia pada budidaya udang dapat menyebabkan dampak serius seperti perubahan ekologi fitoplankton, peningkatan sedimentasi, dan perubahan produktivitas udang karena terjadi kematian massal. Akumulasi amonia dalam air tambak juga dapat menurunkan kualitas air, mengurangi laju pertumbuhan biota, meningkatkan konsumsi oksigen dan ekskresi. Selain itu juga dapat menyebabkan kematian tinggi pada udang.

Dampak langsung dari tingkat amonia yang belum mematikan dalam aktivitas budidaya udang adalah penyempitan permukaan dan kerusakan jaringan insang, sehingga kecepatan proses pertukaran gas dalam insang menjadi menurun. Hal ini juga menyebabkan penurunan kadar oksigen dan jumlah sel darah, mengurangi ketahanan fisik dan daya tahan terhadap penyakit udang.

Mengatasi masalah amonia

Untuk mengatasi masalah ini, ada beberapa langkah penting yang dapat diambil selama budidaya udang. Salah satunya adalah dengan mengurangi kadar amonia melalui pergantian air secara teratur dan menerapkan perendaman menggunakan bakteri Bacillus sp. Bacillus memiliki kemampuan untuk menurunkan tingkat amonia dan meningkatkan kualitas air pada budidaya udang. Bakteri ini juga mampu mensekresikan enzim ekstraselular seperti protease, amilase, dan lipase. Hali ini dapat membantu dalam proses degradasi bahan organik di ekosistem perairan dan menghambat pertumbuhan Vibrio spp.

Selain itu, penggunaan bahan karbon dalam sistem bioflok juga dapat membantu mengurangi nitrogen anorganik dan menggantikan protein pakan. Proses biosintesis protein mikroba akan menghambat pembentukan nitrogen anorganik, sehingga konsentrasi amonia dalam kolom air dapat dikurangi. Dengan mengambil tindakan pencegahan dan mengelola kadar amonia dengan tepat dapat meningkatkan kualitas air dan pertumbuhan udang yang sehat. Hal ini menciptakan lingkungan perairan yang optimal untuk keberhasilan budidaya.

Dalam hal ini tindakan pengecekan amonia perlu dilakukan secara rutin agar kita mengetahui kondisi amonia perairan di dalam tambak. Lakukan pengecekan amonia dengan Ammonia Test Kit, cek amonia air tambak dalam hitungan detik. Tinggal dicelupkan strip test kit nya, tunggu beberapa saat lalu akan mendapatkan hasil nilai amonianya. Konsultasi juga permasalahan amonia di tambak udang bersama FisTx Indonesia. Kami menyediakan konsultasi dan pendampingan budidaya udang melalui program TAMPAN (Petambak Mapan). Hubungi kami segera, bersama FisTx #SelaluAdaSolusi

Kenali Gejala Berak Putih pada Budidaya Udang (WFD)

Berak Putih pada Udang

Efek negatif yang ditimbulkan sistem budidaya udang Intensif (Padat Penebaran Tinggi) jika tidak diiringi dengan management budidaya yang bagus akan menimbulkan banyak permasalahan. Salah satunya WFD (White Feces Disease) atau nama lainnya yaitu berak putih pada budidaya udang masih menjadi momok bagi pembudidaya udang vaname di Indonesia. Hal ini dikarenakan “Efek Domino” yang ditimbulkan jika sudah terdampak WFD, mulai dari kematian massal, ketidakstabilan lingkungan, hingga tidak efektifnya pakan yang diberikan sehingga membuat biaya produksi semakin besar.

WFD sendiri merupakan penyakit yang disebabkan oleh adanya infeksi bakteri Vibrio pada hepatopankreas udang sehingga proses pencernaan dan penyerapan makanan terganggu. Gejala klinis yang menjadi tanda udang budidaya terkena berak putih yaitu : menurunnya nafsu makan, usus yang berwarna putih pucat dikarenakan tidak adanya makanan yang masuk, terdapat berak putih yang mengambang di permukaan air dan pertumbuhan yang abnormal. Di samping Vibrio sp yang menjadi penyebabnya, ada faktor lain yang membuat WFD ini mudah masuk ke dalam sistem budidaya kita. Diantaranya manajemen budidaya yang buruk, over feeding, Penggunaan benur yang tidak unggul, kualitas air yang tidak terjaga, dan minimnya pengetahuan para pembudidaya yang berdampak pada pengambilan keputusan treatment.

Perlu adanya pencegahan dini terhadap potensi penyakit berak putih pada udang. Beberapa langkah yang dapat kita ambil diantaranya: Lebih bijak dalam pemberian pakan, penggunaan Benur yang unggul hasil dari Induk F1 (SPF & SPR), rutin membuang hasil metabolisme dan sisa pakan supaya meminimalisir media Vibrio sp untuk tumbuh, serta pengayaan pakan dengan feed additive untuk menambah imunostimulan udang dari dalam. Untuk menghadapi gempuran penyakit WFD ini, FisTx mempunyai solusi dalam menjawab permasalahan ini. Chemo Attractant membantu kita  menjawab permasalahan dari penyakit WFD pada budidaya udang anda. Chemo Attractant dilengkapi dengan ekstrak bawang putih yang berfungsi sebagai antioksidan alami, menambah imunitas udang anda dalam menghadapi ganasnya penyakit yang mewabah.