Memastikan Benur Berkualitas Melalui Genetik
Pentingnya melakukan pemilihan benur (benih udang) vaname yang berkualitas mempengaruhi kualitas udang pada stadia selanjutnya. Benur berasal dari induk udang vaname yang terpilih dan menurunkan sifat keunggulannya pada turunannya. Kriteria utama dalam menghasilkan benur berkualitas adalah induk udang yang telah specific pathogen free (SPF), minimal berumur 8-10 bulan dengan F1 atau keturunan pertama, berat induk 35-65 gram dengan panjang 17-20 cm, hepatopankreas tidak pucat dan penuh, serta melawan arus.
Induk dipijahkan umumnya menggunakan proses ablasi dengan memotong salah satu tangkai mata induk betina agar mempercepat kematangan gonad dengan hasil punggung berwarna kuning orange (betina) dan melekatnya spermatofor putih pada pangkal kaki jalan kelima (jantan). Selain dari induk, kualitas benur juga ditentukan dari telur yang dihasilkan. Induk udang vaname yang sehat mengeluarkan telur yang seragam dan diperoleh kisaran 369.900 butir per induk. Ukuran telur dipengaruhi oleh banyaknya kuning telur dan berkembang menjadi naupli. Tahapan zoea dan mysis dilihat dari perkembangan panjang benur. Setelah itu, larva yang terpilih dan bertahan hidup adalah setelah tahap zoea, karena kematian yang besar terjadi dari zoea III sampai mysis I.
Tips Memilih Benur yang Sehat
Ciri memilih benur adalah lincah, melawan arus, peka terhadap rangsangan luar. Benur yang sehat memiliki warna cerah/putih/putih kecoklatan, usus penuh. Sifat pergerakan benur sehat berenang lurus, bentuk badannya bengkok. memiliki mata mengkilap dan tidak ada bercak di kulit. Tubuh benur bersih dari kotoran dan lumut. Ukuran benur yang sehat juga seragam dan umur paling ideal antara PL10-PL12 (Pada stadia ini ekor benur sudah mengembang dengan baik pada saat ditebar, bisa bergerak ke dasar tambak) (Kusyairi dkk., 2019). Benur yang sehat dilakukan pengujian beberapa jenis virus, yakni WSSV, TSV, YHV, BP, IHHNV, HPV, dan MBV menunjukkan bahwa induk udang bersifat SPF. Hal ini membuktikan bahwa induk-induk F-0 tidak terinfeksi virus hingga menghasilkan benih generasi pertama (F-1).
Penulis : Reza Istiqomatul Hidayah (Technical Aquaculture of FisTx)
Referensi
Fatimah., Wardha, J., dan Supasman, E. 2022. Studi Reproduksi Induk Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) pada Kolam Pemeliharaan Unit Induk III PT. Esaputlii Prakarsa Utama. Aquamarine, 11(2): 13-23.
Haryanti., Fahrudin., Ida, K.W., Sari, B. M., Gusti, N. P., dan Ketut, M. 2011. Profil Genotip Benih Udang Windu Penaeus monodon Hasil Seleksi dengan Karakter Toleran terhadap Infeksi White Spot Syndrome Virus. Jurnal Riset Akuakultur, 6(3): 393-405.
Iskandar, A., Afrizal, R., Andri, H., Giri, M. D., Abuzzar., Khoerullah., dan Muksin. 2021. Manajemen Pembenihan Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) di PT. Central Proteina Prima, Kalianda, Lampung Selatan. Jurnal Perikanan Terapan, 2(1): 1-8.
Kusyairi, A., Didik, T., dan Sri, O. M. 2019. Budidaya Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) di Lahan Pekarangan Kelurahan Pakis Kecamatan Sawahan Kota Surabaya. Jurnal Pengabdian Masyarakat, 4(2): 103-110.
Racotta, I. S., Elena, P., Ana, M. I. 2003. Shrimp larval quality in relation to broodstock condition. Aquaculture, 227: 107-130.
Subaidah S, Pramudjo, Asdari M, Imam N, Sugestya, Nurul D, Cahyaningsih S. 2006. Pembenihan Udang Vaname (Litopenaeus vannamei). Situbondo (ID): Balai Budidaya Air Payau Situbondo.