Masih Tetap Untung Budidaya Udang Vaname Ketika Harga Turun
Di dunia pasar komoditas, fluktuasi harga merupakan hal yang umum terjadi. Salah satu komoditas yang sering mengalami perubahan harga adalah udang vaname, salah satu jenis udang yang populer dalam industri perikanan. Sebagai contoh di Jawa Tengah trend penurunan harga udang terjadi dua kali selama periode Februari 2023 sampai Januari 2024. Meskipun pada bulan September 2023 terjadi kenaikan harga, namun secara keseluruhan trend harga udang mengalami penurunan pada periode tersebut.
Di tengah fluktuasi harga udang dan masuknya musim hujan per Februari 2024, ada sejumlah tantangan yang harus dihadapi oleh para pembudidaya. Tak lain dan tak bukan adalah resiko penyakit akibat dari fluktuasi kualitas air di tambak.
Apakah Bisnis Budidaya Udang Vaname Masih Menguntungkan di Tengah Harga Udang yang Turun?
Meskipun harga udang turun, bisnis budidaya udang vaname masih memiliki potensi keuntungan yang cukup besar. Sebagai gambaran untuk size 100 HPP rata-rata bisa berada di angka Rp 25.000, size 70 HPP rata-rata di angka Rp 33.000, serta size 40 HPP rata-rata di angka Rp 45.000 . Tentunya dengan gambaran tersebut potensi margin bisnis budidaya udang masih dapat dirasakan. Hal ini disebabkan oleh permintaan yang tetap tinggi di pasar lokal maupun internasional. Namun, untuk memaksimalkan keuntungan, pembudidaya perlu melakukan manajemen yang efisien, termasuk pengendalian biaya produksi dan penggunaan saprotan.
Resiko Penyakit yang Muncul Ketika Musim Hujan
Masuknya musim hujan membawa risiko peningkatan penyakit dalam budidaya udang. Beberapa penyakit umum yang dapat muncul selama musim hujan diantaranya AHPD oleh bakteri, myo oleh Virus serta EHP disebabkan oleh fungi. Untuk mengurangi risiko ini, pembudidaya perlu meningkatkan pengelolaan kualitas air yang tepat serta dengan metode yang efisien.
Budidaya Efisien Meningkatkan Keuntungan
Di tengah situasi harga udang yang cenderung mengalami penurunan, hal yang perlu disadari adalah pentingnya melakukan efisiensi budidaya dalam rangka menjaga keuntungan. Para petambak udang perlu memerhatikan penggunaan barang apa yang sekiranya bisa diefisiensikan dan mengurangi operational cost. Sebagai contoh penggunaan disinfektan kaporit dosis 30 ppm pada 10 unit kolam dengan volume 2.550 m3 dapat memakan biaya disinfeksi per m3 air/siklus sebesar Rp 1.400 .
Hal ini tentunya dapat ditekan dengan menerapkan opsi disinfeksi dengan metode lain seperti penggunaan UV. Secara perhitungan penggunaan UV lebih menguntungkan dari segi biaya. Sebagai contoh penggunaan BASKARA UV dari FisTx dengan debit 50 m3/jam pada jumlah kolam dan volume yang sama dapat memakan biaya disinfeksi per m3 air/siklus hanya sebesar Rp 314. Tentunya ini memangkas biaya lebih hemat 78% dibanding penggunaan kaporit. Dengan adanya penekanan operational cost bisa meningkatkan margin keuntungan dalam berbudidaya. Disamping itu juga, penggunaan UV mampu mengurangi residu bahan kimia yang berbaya bagi organisme di tambak, sehingga tambak memiliki kualitas air lebih baik.
Dengan manajemen yang efektif dan pengendalian risiko yang baik, pembudidaya dapat mengurangi kegagalan dalam usaha budidaya udang. Jika anda memiliki permasalahan dalam budidaya udang, konsultasikan segera bersama FisTx secara GRATIS . Hubungi kami untuk informasi lebih lanjut!