fistxpedia

MENGOPTIMALKAN PEMBERIAN PAKAN DI AWAL BUDIDAYA UDANG

Revfvi Al Ghaney Rizal | WriterDiunggah 31 Agustus 2023

Budidaya udang di Asia telah berkembang secara eksponen selama empat decade terakhir, ini merupakan respon atas tingginya permintaan pasar dunia. Pada saat yang sama sistem produksi udang berubah dari ekstensif menjadi intensif untuk memenuhi kebutuhan pasar. Hal ini tentunya tidak lepas dari pemberian pakan yang bijak sehingga lingkungan tetap terjaga dan pertumbuhan udang optimal. Pemberian pakan pada udang vaname DOC 1-30 biasanya menggunakan metode Blind Feeding. Metode pemberian pakan Blind Feeding merupakan metode pemberian pakan yang digunakan padat benur pasca penebaran di tambak. Metode blind feeding didasarkan pada estimasi populasi udang yang ditebar di petak.

Blind feeding diimplementasikan pada DOC 1 – 30 dengan rasio pemberian pakan yang diberikan berkisar 4 – 7,3 kg/100.000 ekor benur. Namun rasio pemberian pakan yang disarankan FisTx berkisar 2,5-3 kg/100.000 ekor benur dengan menyesuaikan dengan lokasi area budidaya di Indonesia. Pada fase Blind Feeding ini, dianggap genting karena merupakan fase peralihan dari pemberian pakan alami ke pakan buatan. Pada fase post larva, udang akan cenderung memakan pakan alami berupa artemia. Permasalahan yang sering petambak hadapi adalah overfeeding ketika menerapkan blind feeding.

Sehingga muncul paradigma pakan yang diberikan di awal budidaya hanya untuk penumbuhan plankton. Padahal, kita bisa mengkaji hal ini lebih bijak lagi. Salah satunya dengan memberikan pakan artemia sebagai pakan starter. Hal ini bertujuan untuk memperpanjang proses adaptasi si benur terhadap pakan yang diberikan. Menurut penelitian (Anh et al., 2011) bahwa pada stadia PL15 dengan perlakuan pemberian pakan menggunakan artemia dihasilkan SGR dan panjang tubuh lebih bagus 4% dari pada pemberian pakan komersial. Menurut penelitian (Hoa et al. 2007) biomas artemia dapat menjadi alternatif yang bagus, kompleks secara nutrisi dan mudah untuk dikultur. Untuk pemberian artemia biasanya dilakukan pada awal budidaya pada DOC 1-15 berkisar 0,2L/100.000 ekor.